Rabu, 02 September 2009

Sebelas Sayuran Indigenous Jawa Barat Mengandung Antioksidan Alami


Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menemukan senyawa antioksidan alami dalam sebelas macam sayuran. Kesebelas sayuran tersebut antara lain: kenikir (Cosmos caudatus), beluntas (Pluchea indica), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum), katuk (Sauropus androgynus), kedondong cina (Polyscias pinnata), antaman (Centella asiatica), poh-pohan (Pilea trinervia), daun gingseng (Talinum paniculatum), dan krokot (Portulaca oleracea). Senyawa antioksidan alami berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa nitrogen (alkaloid, turunan klorofil, asam amino, dan amina), atau karotenoid seperti asam askorbat.

Peneliti tersebut antara lain: Dr. Nuri Andarwulan, Ratna Batari, Diny Agustini Sandrasari dan Prof. Hanny Wijaya. Hasil penelitian menunjukkan nilai total flavonoid sayur-sayuran indigenous sangat bervariasi. “Seluruh sampel sayuran indegenous mengandung komponen quercetin,” kata Peneliti Sout East Asian Food and Agriculture Science Technology (SEAFAST) IPB, Dr. Nuri Andarwulan dalam acara Half Day Seminar on Natural Antioxidants: Chemistry, Biochemistry and Technology Selasa (16/9) di Ruang Mawar Kampus IPB Baranangsiang.

Sayuran indegenous yang mempunyai flavonoid tertinggi berturut-turut ialah katuk (831,70 miligram per 100 gram), kenikir (420,85 miligram per 100 gram) dan kedondong cina (358,17 miligram per 100 gram). Sedangkan krokot mempunyai total flavonoid terkecil yaitu 4,05 miligram per 100 gram. Komponen flavonoid pada daun katuk yang paling dominan adalah kaempferol sebesar 805,48 miligram per 100 gram. Meskipun daun katuk merupakan sayuran dengan nilai total flavonoid tertinggi dibandingkan sayuran indigenous lainnya, kandungan total fenol tertingi justru dimiliki kenikir (1225,88 miligram per 100 gram), diikuti beluntas 1030,03 miligram per 100 gram dan mangkokan 669,30 miligram per 100 gram. “Nilai total fenol sayur-sayuran indigenous rata-rata jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai total flavonoid-nya. Hal ini menunjukkan di dalam sayur-sayuran tersebut terkandung senyawa fenol lain yang bukan berasal dari flavonol maupun flavone,” kata Dr. Nuri.

Peneliti Tufts University Boston Amerika Serikat, Bradley Bolling, PD mengatakan antoksidan mengurangi akumulasi produk radikal bebas, menetralisir racun, mencegah inflamasi dan melindungi penyakit genetik. “Masalah yang sering dijumpai dalam penelitian antioksidan yaitu referensi biasanya kapasitas oksidasi sebagai mekanisme aksi para botani, sangat banyak produk para botani, kekurangvalidan ukuran kapasitas antioksidan pada klinik, kelemahan standar penggunaan ukuran kapasitas antioksidan dan kelemahan data nilai antioksidan pada para botani.”

Strategi untuk memecahkan masalah ini antara lain: data aktivitas antioksidan dengan memperbandingkan produk para botani, mengikuti pemeringkatan pemasukan data dan membandingkan antara produk individu dan kelas sebagai pembanding dengan literatur yang ada, menyediakan ukuran langsung kapasitas antioksidan dan asses tidak langsung potensi bioaktivitas, dan mengindentifikasi bagaimana dampak metabolisne bioaksi antioksidan.

Seminar ini menghadirkan pembicara antara lain: Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB Dr. Nurheni Sri Palupi, Pusat Studi Biofarmaka IPB M.Rafi, Ssi dan Susi Indariani, STP. Moderator dalam kesempatan tersebut Dr.drh.Sulistiyani, Dr.Yulin Lestari, Drs.Edy Djauhari Purwakusumah, M.Si. (Sumber:Institut Pertanian Bogor)


Sumber :

http://fema.ipb.ac.id/index.php/sebelas-sayuran-indigenous-jawa-barat-mengandung-antioksidan-alami/

2 September 2009

Sumber Gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO6feJWrZBdFBB8GWN7UeC65kEYAifd2HV5HqdBIpiGrv7AUiaJW5WEgJs_WBWiiJ6d2Hxz-5s0VhNCTA9jfpEPgzDONns3B1C_j_5J1_TZ_fv7v89HWzzbuX1GiaaYBemoixa2ySE5qM/s400/katuk.JPG

Apel Gudangnya Antioksidan


Sekali lagi penelitian terbaru kembali memposisikan buah apel di peringkat teratas buah paling menyehatkan. Sebuah penelitian yang dilakukan Davis School of Medicine, University of California menemukan apel kaya akan kandungan flavonoids yang membantu memperkuat daya tahan sel dari kemungkinan penyakit jantung dan kanker seiring berjalannya usia.

Penelitian yang digagas U.S. Apple Association, Apple Products Research and Education Council ini adalah kelanjutan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, di mana flavonoids akan berperan sebagai antioksidan -- enzim yang membebaskan tubuh dari radikal bebas yang bisa merusak DNA.

Dalam sebuah pernyataan kepada HealthDay, Sabtu (10/06),
Eric Gershwin, profesor ahli alergi, reumatik dan imunologi dari Universitas California mengatakan: "Studi ini lebih menekankan pada riset tentang flavonoids pada apel dan olahan apel, seperti jus apel, yang bisa membantu mencegah kerusakan sel dalam tubuh.

Dalam studi yang dimuat di jurnal 'Experimental Biology and Medicine' ini, Gershwin dan rekan mengambil ekstrak sebuah apel yang diambil secara random dari beragam varietas apel, kemudian memasukkanya ke dalam sel endothelialpada pembuluh darah dan menambahkan ekstrak tersebut pada sel tumor necrosis factor (TNF), sebuah sel yang bisa meningkatkan peradangan dan memiliki kemungkinan membunuh sel-sel tubuh. Dan hasilnya, ekstrak apel bisa mencegah dan melindungi sel sehat dari sel yang telah mengandung TNF.

Sebenarnya manfaat apel sudah dikenal sejak jaman Romawi, pada masa itu apel kerap digunakan sebagai bahan pencuci alat perncernaan. Hal itu karena apel mengandung asam tartar yang bisa menghambat pertumbuhan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam saluran pencernaan.

Minum jus apel setiap hari juga bisa membantu otak tetap berfungsi baik, selain itu senyawa antioksidannya terutama vitamin C dan quercetin bisa mencegah kerusakan memori dan fungsi otak yang diakibatkan stres oksidatif (kondisi keterbatasan asupan antioksidan) yang membuat tubuh kita tak mampu menetralkan radikal bebas, yang akhirnya menjadi pemicu sederet penyakit, dari katarak hingga kanker. (healthday/rit) - 12 Juni 2006

Sumber :

http://www.kapanlagi.com/a/apel-gudangnya-antioksidan.html

2 September 2009

Sumber Gambar:

http://en.wikivisual.com/images/e/ee/Apples.jpg

Penambahan Susu pada Teh Tak Pengaruhi Kerja Antioksidan

Aktivitas antioksidan pada teh hijau dan teh hitam (Camellia sinensis (L.) Kuntze, Theaceae) bagi tubuh kita berperan penting bagi kesehatan untuk mengusir radikal bebas. Namun, bila teh kita tambahi susu, akankah bioavailabilitas antioksidan polyphenol ini tetap ada?

Berdasar penelitian para ilmuwan Belanda, kebiasaan mencampur teh dengan susu seperti yang biasa dilakukan orang Belanda tidak berpengaruh pada aktivitas antioksidan. Dengan susu atau tidak, antioksidan dalam teh ini tetap dapat meningkatkan aktivitas plasma antioksidan.

Penelitian silang untuk membandingkan efek antioksidan teh hijau, teh hitam dan air mineral berkarbonasi dengan atau tanpa susu pada 21 orang relawan membuktikan kesimpulan ini. Setiap peserta menerima satu dosis enam bahan tes yang digunakan untuk enam hari yang berbeda. Satu dosis teh terdiri atas 2 gram teh padat yang dicampur dengan 300 ml air.

Para ilmuwan melakukan uji FRAP (ferric reducing ability of plasma- kemampuan zat besi dalam mengurangi plasma) untuk mengukur plasma antioksidan dan kadar cathecin. Contoh darah diambil sebelum mengonsumsi bahan tes dan diambil lagi pada menit 30,60,90, dan 120 setelah konsumsi. Hasilnya, baik teh hijau maupun teh hitam menyebabkan peningkatan plasma antioksidan dan kadar catechin. Meski begitu, efek teh hijau lebih tinggi. Sementara, penambahan susu pada dua jenis teh ini tidak berpengaruh berarti.

Sementara sejumlah penelitian mendukung penelitian ini, penelitian lain menunjukkan efek negatif atas kerja antioksidan. Dalam penelitian sebelumnya yang pernah dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition menyimpulkan bahwa penambahan susu pada teh tak berefek pada aktivitas antioksidan. - 25 Agustus 2009

Sumber :
2 September 2009

Sayuran Asli Indonesia Kandung Antioksidan Tinggi

Kabar gembira bagi para penggemar sayur, dan lalap. Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menemukan senyawa antioksidan alami dalam sekurangnya 11 macam sayuran "indegenous" atau asli dari Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Juru bicara IPB Ir Henny Windarti, MSi dalam penjelasannya di Bogor, Minggu (22/3) mengemukakan bahwa anggota penelitian tersebut, antara lain Dr Nuri Andarwulan, Ratna Batari, Diny Agustini Sandrasari dan Prof Hanny Wijaya.

Ke-11 sayuran tersebut antara lain, kenikir
(Cosmos caudatus), beluntas (Pluchea indica), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum), katuk (Sauropus androgynus), kedondong cina (Polyscias pinnata).

Kemudian antaman
(Centella asiatica), poh-pohan (Pilea trinervia), daun gingseng (Talinum paniculatum), dan krokot (Portulaca oleracea).

Menurut Nuri Andarwulan, peneliti di Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (SEAFAST) IPB, senyawa antioksidan alami itu berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa nitrogen (alkaloid, turunan klorofil, asam amino, dan amina), atau karotenoid seperti asam askorbat.

Ia mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan dan pernah dipaparkan dalam seminar bertema
"Natural Antioxidants: Chemistry, Biochemistry and Technology" itu menunjukkan nilai total flavonoid sayur-sayuran indigenous sangat bervariasi.

"Seluruh sampel sayuran indegenous mengandung komponen
quercetin," katanya.

Hasil penelitian yang dilakukan tim menunjukkan bahwa sayuran indegenous yang mempunyai flavonoid tertinggi berturut-turut ialah katuk (831,70 miligram per 100 gram), kenikir (420,85 miligram per 100 gram) dan kedondong cina (358,17 miligram per 100 gram). Sedangkan krokot mempunyai total flavonoid terkecil yaitu 4,05 miligram per 100 gram.

Komponen flavonoid pada daun katuk yang paling dominan adalah kaempferol sebesar 805,48 mi merupakan sayuran dengan nilai total flavonoid tertinggi dibandingkan sayuran indigenous lainnya, kandungan total fenol tertingi justru dimiliki kenikir (1225,88 miligram per 100 gram), diikuti beluntas 1030,03 miligram per 100 gram dan mangkokan 669,30 miligram per 100 gram.

"Nilai total fenol sayur-sayuran indigenous rata-rata jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai total flavonoid-nya. Hal ini menunjukkan di dalam sayur-sayuran tersebut terkandung senyawa fenol lain yang bukan berasal dari flavonol maupun flavone," katanya.

Sementara itu, peneliti Universitas Tufts di Boston Amerika Serikat Bradley Bolling, PhD mengatakanm antioksidan mengurangi akumulasi produk radikal bebas, menetralisir racun, mencegah inflamasi, dan melindungi penyakit genetik.

Ia mengemukakan bahwa masalah yang sering dijumpai dalam penelitian antioksidan yaitu referensi. Sangat banyak produk para botani, yang kuran valid dalam ukuran kapasitas antioksidan pada klinik. Selain itu juga ada kelemahan kelemahan standar penggunaan ukuran kapasitas antioksidan dan kelemahan data nilai antioksidan pada para botani.

Untuk itu diperlukan strategi memecahkan masalah tersebut, antara lain, data aktivitas antioksidan dengan memperbandingkan produk para botani, mengikuti pemeringkatan pemasukan data. Di samping itu, menyediakan ukuran langsung kapasitas antioksidan dan asses tidak langsung potensi bioaktivitas, dan mengindentifikasi bagaimana dampak metabolisne bioaksi antioksidan.

Penelitan tersebut paling tidak menunjukkan perilaku makan tinggi sayuran, terutama penggemar pecel dan urap, memiliki keuntungan dari senyawa antioksidan tinggi yang dikandung sayur-sayuran tersebut. Lagi pula jenis sayuran itu tak sulit di dapat. Tak perlu repot bukan? /ant/itz - 22 Maret 2009

Sumber :

http://www.republika.co.id/berita/39176/Sayuran_Asli_Indonesia_Kandung_Antioksidan_Tinggi

2 September 2009

Antioksidan: Apa Yang Anda Ketahu Tantangnya!

Antioksidan, ya Antioksidan! Beberapa diantara Anda mungkin sudah mengenal dengan baik apa itu sebenarya antioksidan. Seberapa tahukah Anda tentang Antioksidan? Banyak, sedang, atau malah sedikit? Nah artikel ini akan membantu Anda untuk jauh lebih mengenali tentang apa, cara kerja, manfaat, dan jenis dari Antioksidan.

Apa itu Antioksidan?
Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat / memperlambat proses oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hydrogen, atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita.

Manfaat Antioksidan
Berubahnya minyak menjadi tengik dan berubahnya warna coklat pada apel setelah dikupas adalah contoh proses oksidasi. Kedua hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian antioksidan. Pencoklatan pada apel setelah dikupas atau pada just apel terjadi karena senyawa polifenol teroksidasi, bentuk polifenol teroksidasi ini nantinya dapat bergabung satu sama lain membentuk senyawa makromolekul berwarna coklat, dimana senyawa makromolekul ini nantinya bisa membuat jus apel menjadi keruh. Hal ini tentu saja tidak diinginkan di industri sebab akan mengurangi nilai estetika sebuah produk. Uraian diatas adalah contoh manfaat antioksidan bagi industri.

Lalu apa manfaat antioksidan bagi tubuh kita? Tubuh kita terdiri dari triliunan sel. Disetiap sel terjadi reaksi metabolisme yang sangat kompleks. Diantara reaksi metabolisme tersebut melibatkan oksigen, seperti yang kita ketahui oksigen adalah unsur yang sangat reaktif. Keterlibatan oksigen dalam reaksi metabolisme di dalam sel dapat menghasilkan apa yang disebut sebagai “reaktif spesies oksigen” seperti H2O2, radikal bebas hydroksil (·OH), dan anion superoksida ( O2-).

Molekul-molekul ini memang diperlukan tubuh misalnya untuk menjalankan sistem metabolisme dan memberi signal pada sistem syaraf akan tetapi apabila jumlahnya berlebihan seperti pengaruh gaya hidup (merokok, stress, konsumsi obat, polusi lingkungan, pengaruh zat kimia tertentu pada tubuh, radiasi, dll) maka dapat merusak sel dengan cara memulai reaksi berantai lipid, mengoksidasi DNA dan protein. Oksidasi DNA berakibat adanya mutasi dan timbulnya kanker sedangkan oksidasi protein mengakibatkan nonaktifnya enzim yang dapat menghambat proses metabolisme. Disinilah pentinganya kita engkonsumsi antioksidan.

Cara Kerja Antioksidan
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (·OH) maka tanpa adanya kehadiran antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya. Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya lagi. Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakan.

Berbeda halnya bila terdapat antioksidan. Radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya. Reaksi pun berhenti sampai disini.

Tanpa adanya antioksidan

Reaktan -> Produk + ·OH

  • OH + (DNA,protein, lipid) -> Produk + Radikal bebas yang lain

Radikal bebas yang lain akan memulai reaksi yang sama dengan molekul yang ada diekitarnya.

Dengan adanya antioksidan

Reaktan -> Produk + ·OH

  • OH + antioksidan -> Produk yang stabil

Mengapa antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu dibandingkan dengan molekul yang lain? Antioksidan bersifat sangat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat disbanding dengan molekul yang lain. Jadi keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding dengan molekul yang lain. Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif antioksidan tersebut.

Jenis Antioksidan
Antioksidan dibagi dalam dua golongan besar yaitu yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Setiap golongan dibagi lagi dalam grup yang lebih kecil. Sebagai contoh adalah antioksidan dari golongan vitamin, yang paling terkenal adalah Vitamin C dan Vitamin E. Vitamin C banyak kita peroleh pada buah-buahan sedangkan vitamin E banyak diperoleh dari minyak nabati.

Antioksidan dari golongan Enzim seperti golongan enzim Superoksida Dismutse (SODs), Katalase, dan Peroksidase. Antioksidan golongan Karotenoid seperti likopen dan Karoten yang banyak terdapat pada buah dan sayuran.

Golongan antioksidan lain yang terkenal adalah antioksidan dari senyawa polifenol dan yang paling banyak diteliti adalah dari golongan flavonoid yang terdiri dari flavonols, flavones, catechins, flavanones, anthocyanidins, dan isoflavonoids. Sumber senyawa polifenol adalah dari teh, kopi, buah-buahan, minyak zaitun, cinnamon, dan sebagainya.

Contohnya yang terkenal adalah Resveratrol yang ditemukan pada buah anggur, Epigalokatekingalat adalah contoh senyawa polifenol yang terdapat pada teh hijau, theaflavin pada teh hitam dan sebaginya.

Jadi antara satu makanan dengan yang lain tidak akan bisa kita simpulkan mana yang paling banyak mengandung antioksidan yang sangat potensial, sebab mungkin saja diantara kedua makanan tersebut mengandung jenis antioksidan yang berbeda. Lalu mana antioksidan yang terbaik? Saya rasa perpaduan diantara antioksidan adalah yang terbaik sebab memberikan efek sinergi jadi sebaiknya kita mengkonsumsi aneka buah dan sayuran.

Referensi:
Ditulis dari berbagai sumber. Sumber foto dari www.sxc.hu

Sumber :

http://netsains.com/2009/06/antioksidan-apa-yang-kitaperlu-ketahui-tentangnya/

2 September 2009

Antioksidan Tingkatkan Kualitas Sperma

SAYUR dan buah sangat memengaruhi kualitas sperma. Sebuah penelitian di Spanyol menemukan fakta bahwa pria yang mengonsumsi cukup sayur dan buah memiliki kualitas sperma yang lebih baik dibanding mereka yang jarang mengonsumsi sayur dan buah.

Antioksidan yang terdapat dalam buah dan sayur itulah yang membuat performa sperma lebih berkualitas. Selain jumlah yang banyak,gerakan sperma juga lebih lincah. Penelitian yang dipimpin Jaime Mendiola, dari Universitas Murcia, Spanyol, melibatkan 61 responden.

Responden yang mengonsumsi daging dan produk dari susu memiliki sperma yang lebih buruk kualitasnya dibanding mereka yang mengonsumsi buah, sayur, dan mengurangi makanan dari susu.

"Ternyata antioksidan dari sayur dan buah itulah yang membuat sperma lebih banyak dan memiliki gerakan yang lebih gesit," ungkap Mendiola.

Menurutnya, gaya hidup sehat tak hanya sebatas bagaimana menangkal penyakit, juga bagaimana meningkatkan kualitas sperma. Yang masih menjadi pertanyaan apakah antioksidan yang diperoleh secara alami memiliki dampak terhadap sperma sama dengan antioksidan dari suplemen.
(Koran SI/Koran SI/nsa) - 20 Juni 2009

Sumber :
2 September 2009

Kopi, Gudangnya Antioksidan

Jika selama ini kopi hanya dikenal sebagai teman begadang karena kandungan kafeinnya, mungkin kini saatnya Anda tahu khasiat lain dibalik si hitam ini. Sebuah penelitian ilimiah yang di lakukan para pakar di Amerika Serikat menyebutkan bahwa kopi kemungkinna besar memberikan efek positif bagi kesehatan lebih besar dari pada mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran

Para ilmuwan menghitung jumlah kandungan anti-oksidan (zat anti unsur radikal bebas) pada lebih dari 100 jenis makanan termasuk sayur-sayuran, buah-buahan, kacang, aneka bumbu, minyak dan minuman. Hasil penemuan tersebut kemudian dikombinasi dengan data yang ada di Departemen Pertanian AS dan sumbangan dari setiap jenis bagi pola makan rata-rata di Amerika.

Kopi terbukti merupakan sumber anti-oksidan terbesar dari setiap kali dan tingkat konsumsi yang kemudian diikuti teh hitam, pisang, kacang-kacangan kering, dan jagung.

“Orang Amerika memperoleh sumber anti-oksidan dari konsumsi kopi dibandingkan dari jenis makanan atau minuman lainnya dan sejauh ini tak ada jenis makanan atau minuman yang menyamai kopi,” kata kepala tim peneliti Professor Joe Vison dari Scranton University di Pensylvania.

Baik kopi berkafein atau bebas kafein keduanya memberikan sumbangan anti-oksidan sama tingkatnya.
Badan pengamat pasar Mintel mencatat perilaku minum kopi di Inggris yang menyebutkan tingkat konsumsi kopi lebih rendah dibanding di Amerika Serikat, tercatat hanya 47 persen orang Inggris yang secara teratur meminum kopi instan atau kopi bubuk.

Anti-oksidan membantu tubuh membuang zat-zat radikal berbahaya bagi tubuh, molekul perusak yang merusak sel-sel serta DNA (cetak biru dari sel terkecil mahluk hidup). Zat anti unsur radikal bebas ini berkaitan dengan sejumlah keuntungan dan manfaat bagi kesehatan termasuk melindungi seseorang dari terkena penyakit kanker atau jantung.
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kopi dapat mengurangi risiko terkena kanker hati dan usus, diabetes type II serta terkena penyakit Parkinson. Namun Vinson menyarankan agar konsumsi kopi tetap pada tingkat sedang yaitu satu atau dua cangkir setiap harinya. 27 Oktober 2006


Sumber :

http://www.doktertomi.com/2006/10/27/kopi-gudangnya-antioksidan/

2 September 2009

Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan

Telah kita ketahui bersama bahwa kesehatan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia dibandingkan lainnya seperti jabatan, kekuasaan, pangkat, ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi tidak bermakna, oleh karena itulah sehat dan bugar merupakan dambaan setiap orang.

Studi epidemiologi menunjukkan ada kaitan erat antara status kesehatan dan usia harapan hidup manusia dengan pola konsumsinya. Masyarakat di daerah yang banyak mengkonsumsi protein, lemak, gula dan garam misalnya, ternyata lebih banyak ditemukan sebagai penderita penyakit-penyakit degeneratif dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, serat dan vitamin.

Negara dengan mayoritas penduduk berusia panjang seperti Jepang, mengkonsumsi makanan yang kaya akan kacang-kacangan, sayur dan buah serta berkebiasaan minum teh hijau. Masyarakat eskimo yang hidupnya tidak lepas dari konsumsi ikan, jarang sekali ditemukan sebagai penderita penyakit jantung. Kelompok mayarakat yang terbiasa mengkonsumsi susu fermentasi ternyata juga mempunyai rata-rata usia yang lebih panjang.

Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, memotivasi para peneliti pangan dan gizi Indonesia untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari sumber alami. Tingginya biodiversity kekayaan alam dan bahan-bahan indigenous yang dianugrahkan oleh Tuhan kepada bangsa Indonesia, merupakan potensi yang sangat berharga dan bermanfaat untuk kesehatan masyarakatnya.

Antioksidan dan sumber-sumbernya

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990).

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.

Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt, 1992).

Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah yang berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt,1992).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.

Jahe (Zingiber officinale Roscoe) biasa digunakan sebagai bumbu atau obat tradisional. Komponen-komponen pedas dari jahe seperti 6 gingerol dan 6-shogaol dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang cukup. Dari ekstrak jahe yang telah dibuang komponen volatilnya dengan destilasi uap, maka dari fraksi non volatilnya setelah pemurnian, ditemukan adanya empat senyawa turunan gingerol dan empat macam diarilheptanoid yang memiliki aktivitas antioksidan kuat (Nakatani,1992).

Ada beberapa senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan telah berhasil diisolasi dari kedelai (Glycine max L.), salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid kedelai adalah unik dimana dari semua flavonoid yang terisolasi dan teridentifikasi adalah isoflavon.

Mekanisme kerja antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH ———-> RH + A*
Radikal lipida

Propagasi : ROO* + AH ——-> ROOH + A*

Gambar 1. Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon 1990)

Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.

AH + O2 ———–> A* + HOO*

AH + ROOH ———> RO* + H2O + A*

Gambar 2. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (Gordon 1990)

Peranan antioksidan pada kesehatan

Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif.

Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.

Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa masyarakat Asia jarang mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal ini disebabkan oleh menu sehat tradisionalnya yang kaya zat gizi dan komponen bioaktif. Zat-zat ini mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, yang berperan penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Antioksidan vs kardiovaskular dan kanker

Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan kardiovaskuler (terutama yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah) juga banyak diteliti. Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL) dan sangat rendah (VLDL) dari reaksi oksidasi.

Pencegahan aterosklerosis ini dapat dilakukan dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan.

Adapun untuk kanker dan tumor banyak ilmuwan spesialis setuju bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15 %, atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85 %. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini. Dan resiko ini sebenarnya dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.

Penutup

Hasil oksidasi lemak pada makanan ternyata mempunyai dampak besar terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Pengetahuan bagaimana cara pencegahan proses oksidasi ini sangat diperlukan, yang pada gilirannya sangat bermanfaat pada pemeliharaan kesehatan setiap individu. Pengetahuan berbagai jenis antioksidan yang ada di alam serta manfaatnya bagi kesehatan tubuh sangat membantu kita dalam mengatur pola makan untuk mendapatkan tubuh sehat dan bugar.

Berbagai kajian dan studi tentang antioksidan masih perlu dilakukan mengingat manfaatnya yang besar bagi kesehatan. Bahan-bahan alam dari laut seperti tumbuhan mikro alga dan hewan laut perlu di eksplorasi karena kandungan bioaktifnya terutama antioksidan belum secara tuntas dieksplorasi.


Sumber :

http://www.kamusilmiah.com/pangan/antioksidan-dan-peranannya-bagi-kesehatan/

2 September 2009

Hindari Simpan Stok Antioksidan Berlama-lama.

Bagi mereka yang bersetia untuk mengasup makanan dan minuman kaya antioksidan dan menumpuk banyak stok dirumah, sebaiknya pikir ulang kebiasaan tersebut. Dua studi terbaru menunjukkan semua manfaat kesehatan tersebut dapat menguap ketika produk-produk tersebut disimpan terlalu lama.

Penemuan tersebut fokus terutama kepada bagaimana aktivitas antioksidan yang tersimpan dalam kemasan teh hijau atau minyak zaitun dapat bertahan baik bahkan ketika disimpan di bungkus tak terbuka atau tak terpapar sedikit pun dengan cahaya dan kelembaban.

Dalam setia kasus, para peneliti mengungkapkan jika setiap makanan mengandung antioksidan berkurang banyak ketika disimpan dalam enam bulan pertama.

Tujuan yang diusung oleh kedua studi tersebut ialah, kami ingin memaksimalkan nilai nutrisi makanan yang kita asup, kita harus benar-benar membeli makanan yang hanya dapat disimpan dan digunakan dalam waktu singkat," ujar Connie Diekman, ahli diet teregistrasi dan direktur nutiris di Universitas Washington, St Louis mengomentari penelitian tersebut

Connie tidak terlibat dalam dua studi yang dipublikasikan pada Journal of Food Science, Maret lalu.

Satu studi fokus pada senyawa organik di dalam daun teh hijau yang dikenal sebagai katechins. Saat mengonsumsi teh hijau, antioksidan tersebut dianggap memiliki kapasitas melawan bakteri dan virus, begitu juga kemampuan menghambat aktivitas sel kanker.

Hanya saja Mendel Friedman dan para koleganya dari Albany, Pusat Riset Regional dari Departemen Agrikultur AS berbasis di Calif, meragukan jika teh hijau komersil tersebut tidak membusuk dan dapat bertahan dalam waktu lama. Mereka pun memulai mengeksplor stabilitas Katechin dalam penyimpanan berdurasi lama di rumah, restauran, gudang komersial, maupun toko.

Tm memilih delapan jenis teh hijau yang dijual secara komersial dalam kemasan di Amerika Serikat, Korea, dan Jepang.

Bungkus teh disimpan sesuai dengan kemasan aslinya dalam ruang gelap bersuhu hingga 20 derajat Celsius selama satu durasi waktu hingga lima durasi waktu berbeda; satu minggu, satu bulan, dua bulan, empat bulan, dan enam bulan. Dalam kondisi kemasan tersebut kemungkinan terpapar dengan kelembaban tak diinginkan bukan salah satu faktor.

Setelah setiap periode penyimpanan, teh lalu digiling menjadi bubuk dan diseduh air mendidih sebelum didinginkan dan dianalisa.

"Kami menemukan jika di antara teh yang kami teliti terlihat ada penyusutan antioksiden progresif berjalan dengan waktu," ujar Mendel, penulis dan pemimpin penelitian.

Tim menemukan ada sedikit pengurangan kadar antioksidan catehin pada proses penyimpanan awal, dan ketika masuk teh berkategori simpan enam bulan, konsentrasi katechin berkurang lebih banyak pada seluruh delapan tipe teh, yakni 32 %, pengurangan yang menurut peneliti masuk kategori "sangat signifikan". Pengurangan tersebut terjadi meski makanan tersebut belum masuk tenggat kadaluarsa.

Terlebih, tipe Katechin utama (EGCG) menurun hingga 28 persen setelah enam bulan penyimpanan, lalu tipe Katechin paling umum (ECG) bahkan berkurang hingga 51 persen dalam jangka waktu sama.

Mendel memaparkan studinya sebagai awalan, dan menyatakan harapan penemuan itu akan mendorong riset lebih dalam atas pertanyaan penyimpanan-antioksidan, dengan memasukkan lebih banyak kategori teh kemasan dan kemungkian kuat jika tidak semua teh akan mengalami penurunan seperti dalam penelitian.

Lalu studi lain, para peniliti minyak zaitun Itali menyatakan jika minyak zaitun "ekstra-virgin" harus bersumber langsung dari pohon zaitun melalui proses pemurnian tak lebih dari mulai dari mencuci, pemisahan, penyaringan, pencampuran berkecepatan tinggi. Proses yang tidak memasukkan senyawa atau tambahan kimia lain/

Produk akhir akhirnya dikenal sebagai minyak yang kaya asam lemak tertentu dan senyawa fenolik, zat yang beraksi sebagai antioksidan. Mengonsumsi minyak zaitun telah lama dianggap bermanfaat terlebih dalam menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker.

Untuk mengeksplorasi ketahanan antioksidan dalam minyak zaitun ekstra-virgin, Antonella Baiano, dan para koleganya di Universitas Foggia, di Italia mengamati beberapa variasi minyak yang diproduksi dalam waktu 24 jam setelah dipetik dari perkebunan yang berlokasi di wilayah Apulia, Italia.

Setelah menganalisa minya selama produksi dan pengemasan, tim Antonella menemukan jika aktivitas antioksidan tetap tidak berubah dalam penyimpanan tiga bulan pertama. Namun begitu masuk tanda enam bulan, hampir seluruh minyak kehilangan sekitar 40 persen kandungan antioksidan mereka.

Connie Diekman menunjukkan sedikit terkejut dengan penemuan tersebut.

"ini mungkin mengejutkan banyak orang yang berharap sesuatu tersegel, tak akan berkuruang nilai nutrisinya, dan antioksidan ternyata sangat rapuh," ujarnya, "Dan tentu, secara umum, sudah diketahui jika kita ingin mendapat makanan dari tumbuh-tumbuhan secara menyeluruh, nilai nutrisi terbaik ada dalam makanan tersegar,"

"Jadi pesan penting di sini, ketika kita berbelanja, kita mesti berpikir ulang jumlah dari makanan kemasan dan makanan segar yang kita beli," kata Connie menyarankan.

"Itu benar, apakah kita akan berbicara tentang makanan sesungguhnya--sebagai contoh zaitun--atau apakah itu minyak zaitun turunan dari makan, pertanyaan yang harus selalu kita lontarkan: Dapatkah kita menggunakannya dalam periode waktu yang semestiny? Karena dari sisi nutrisi, stok dalam jumlah besar tak lagi dianggap menghemat, ketika yang anda dapat justru gizi berkurang akibat waktu."

Connie juga menyarankan jika para konsumen mulai memillih makan kemasan tak tembus pandang untuk melindungi antioksidan, vitamin dan minal dari kemungkinan terpapar matahari. Hal itu berkaitan dengan tulisan para peneliti Italia yang secara khusus menyatakan jika minyak zaitun ektra-virgin seharusnya disimpan dalam botol gelas kecil di tempat gelap dalam temperatur ruang berkisar 20 hingga 25 derajat Celsius./heathday/itz - 6 April 2009

Sumber :
2 September 2009

Antioksidan Cokelat Ampuh Kurangi Risiko Serangan Jantung

COKELAT selain berfungsi menjaga kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah dan memperlancar aliran darah juga mengurangi risiko kematian pada pasien serangan jantung yang selamat jika dikonsumsi sebanyak 2 hingga 3 kali per minggu.

Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dariKarolinska Institute di Stockholm. Mereka menemukan, pengonsumsi cokelat berisiko 3 kali lipat lebih kecil mengalami kematian dibandingkan pasien selamat yang tidak makan cokelat.

Menurut pemimpin studi Imre Janszky, ini merupakan studi pertama yang menemukan kalau cokelat bisa membantu pasien yang telah mengalami serangan jantung. Tetapi hal ini tidak berlaku pada makanan manis pada umumnya."Ini hanya berlaku khusus pada cokelat, kami tidak menemukan manfaat apa pun dari makanan manis lainnya," tutur co-author studi Kenneth Mukamal, seperti dikutip situs foxnews.

Dalam studi ini, para peneliti mengikuti perkembangan 1.169 pasien nondiabetes (laki-laki dan perempuan) yang berusia 45-70 tahun di Stockholm County sepanjang awal tahun 1990-an. Para peneliti mengikuti perkembangan mereka mulai dari saat pertama kali dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung pertama.

Sebelum pasien meninggalkan rumah sakit, para peneliti memintai keterangan mengenai kebiasaan makan mereka sepanjang setahun sebelumnya, termasuk jumlah cokelat yang mereka konsumsi secara teratur. Selanjutnya, partisipan diminta menjalani pemeriksaan kesehatan setelah 3 bulan keluar dari rumah sakit dan dimonitor selama 8 tahun setelahnya.

Komponen bioaktif

Hasil studi menemukan, kejadian serangan jantung fatal berbanding terbalik dengan jumlah cokelat yang dikonsumsi."Penemuan kami mendukung bukti yang menyatakan kalau cokelat merupakan makanan yang kaya komponen bioaktif menguntungkan," terang peneliti.

Selain itu, menurut peneliti, efek positif cokelat berasal dari antioksidan yang dikandungnya. Antioksidan merupakan komponen yang berfungsi melawan serangan radikal bebas, molekul-molekul yang terakumulasi di dalam tubuh dan memicu kerusakan sel-sel. Radikal bebas ini, lanjut peneliti, diyakini berperan penting dalam memicu penyakit jantung, kanker dan proses penuaan.

Jadi haruskah kita mengonsumsi banyak makanan manis yang kaya cokelat? "Sebenarnya, ada baiknya lebih berhati-hati mengingat banyaknya masalah obesitas yang dihadapi invividu. Akan tetapi, bagi Anda yang mencari dessert sehat, cokelat dalam jumlah kecil tetap menjadi pilihan terbaik," terang Mukamal. Tetapi pada individu yang tidak mengalami masalah kelebihan berat badan dan telah terbiasa mengonsumsi cokelat dalam jumlah sedang tetapi tetap langsing, lanjut Mukamal, silahkan melanjutkan.(OL-08) - 19 Agustus 2009

Sumber :
Ikarowina Tarigan
2 September 2009